Saat sebuah perusahaan mengakuisisi perusahaan lain, sering muncul angka di neraca yang terasa “abstrak” — nilai lebih yang merepresentasikan reputasi, hubungan pelanggan, merek, atau keahlian tim. Itu yang biasa disebut goodwill. Artikel ini akan menjelaskan mengenai apa itu goodwill, metode pengakuan yang umum digunakan, dan cara untuk menghitungnya.

Apa Itu Goodwill?

Secara sederhana, goodwill adalah selisih antara harga pembelian untuk mengakuisisi sebuah entitas dengan jumlah nilai wajar dari aset teridentifikasi dikurangi kewajiban. 

Goodwill mencerminkan nilai tak berwujud yang tidak dapat diukur secara terpisah, misal basis pelanggan setia, nama merek yang kuat, atau tim manajemen berpengalaman. Goodwill muncul hanya ketika terjadi akuisisi. Jika perusahaan Anda tumbuh organik tanpa membeli entitas lain, biasanya tidak akan tercatat goodwill pada neraca.

Baca juga:  Cara Menghitung dan Mengelola Biaya Produksi Bisnis

Metode Pengakuan Acquisition

Metode yang digunakan untuk pengakuan goodwill pada umumnya adalah acquisition method (metode akuisisi). Berikut langkah ringkas metode ini:

  1. Identifikasi harga pembelian total (consideration transferred).
  2. Nilai aset teridentifikasi yang dapat dipisahkan dan kewajiban yang diambil alih pada nilai wajarnya pada tanggal akuisisi.
  3. Hitung selisih: jika harga pembelian lebih besar dari nilai wajar neto aset teridentifikasi, selisih inilah yang dicatat sebagai goodwill.

Sebaliknya, jika harga pembelian lebih kecil daripada nilai wajar neto aset teridentifikasi, maka selisih negatif itu biasanya diakui sebagai bargain purchase gain yang harus diakui langsung di laporan laba rugi setelah diverifikasi ulang asumsi penilaian.

Cara Menghitung Goodwill

Langkah perhitungan goodwill bisa dipahami lewat contoh singkat berikut ini:

Misalkan Perusahaan A membeli Perusahaan B dengan harga pembelian Rp10.000.000. Pada tanggal akuisisi, nilai wajar aset teridentifikasi Perusahaan B adalah:

Baca juga:  Cara Menghitung Rasio Utang Terhadap Ekuitas

Kas: Rp500.000

Piutang: Rp1.500.000

Persediaan: Rp1.000.000

Aset tetap (nilai wajar): Rp 4.000.000

Jumlah aset teridentifikasi = Rp 7.000.000

Kewajiban teridentifikasi = Rp 1.000.000

Maka nilai wajar neto aset teridentifikasi = Rp 7.000.000 − Rp 1.000.000 = Rp 6.000.000

Goodwill = Harga pembelian − Nilai wajar neto aset teridentifikasi

Goodwill = Rp 10.000.000 − Rp 6.000.000 = Rp 4.000.000

Angka Rp 4.000.000 ini lah yang akan dicatat sebagai goodwill di neraca Perusahaan A.

Perlakuan Akuntansi: Amortisasi vs Impairment

Di banyak kerangka pelaporan modern (misalnya IFRS dan standar nasional lain), goodwill tidak diamortisasi (tidak dibebankan secara sistematis selama waktu tertentu). Sebagai gantinya, goodwill ditest untuk impairment (penurunan nilai) secara berkala — setidaknya tahunan, atau ketika ada indikasi penurunan nilai. Jika nilai terpulihkan dari unit penghasil kas lebih rendah dari nilai tercatat termasuk goodwill, maka selisihnya wajib diakui sebagai kerugian penurunan nilai. 

Baca juga:  Cara Menghitung Penyisihan Piutang Tak Tertagih

Praktisnya, perusahaan perlu:

Kesimpulan

Goodwill merepresentasikan nilai ekonomis tambahan dari suatu akuisisi yang tidak tercermin dalam aset teridentifikasi. Jika Anda sedang mempertimbangkan akuisisi, ingin memastikan metode goodwill yang digunakan, atau butuh bantuan menyusun pengujian impairment yang sesuai standar, silakan berkonsultasi dengan customer service kami. 

Tim duduksantai.id bisa membantu menilai transaksi, menyiapkan perhitungan nilai wajar, serta menyusun dokumentasi akuntansi yang rapi dan patuh standar — sehingga keputusan bisnis Anda didukung oleh laporan keuangan yang kredibel.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *